BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batugamping Kristalin
Batugamping kristalin merupakan jenis batuan sedimen karbonat non-klastik, karena terbentuk karena adanya aktifitas organisme. Batugamping kristalin mempunyai warna putih kecoklatan tua. Struktur yang dimiliki oleh batugamping kristalin adalah cone in cone. Tekstur yang dimiliki oleh batugamping kristalin adalah tekstur kristalin kasar. Komposisi mineral batugamping kristalin adalah karbonat, karena ditetesi HCl 0,1 M menimbulkan berbuih.
Petrogenesa batugamping kristalin adalah merupakan batugamping dengan kalsium karbonatnya yang mengalami pengkristalan menjadi kalsit. Umumnya karena aktivitas air yang melewati permukaan dan pori-pori kecil pada batuan. Pada saat itu, air melarutkan kalsit dan mengendapkannya pada bentuk kristal lalu mengalami litifikasi sehingga membentuk batugamping kristalin (Sutanto, 2012). Batuan ini terbentuk dari batu-batuan bahkan juga terbentuk dari kerangka kalsit yang berasal dari organismee microscopic di laut yang dangkal. Sehingga sebagian perlapisan batugamping hampir murni terdiri dari kalsit, dan pada perlapisan yang lain terdapat sejumlah kandungan silt atau clay yang membantu ketahanan dari batugamping tersebut terhadap cuaca. Sehingga lapisan yang gelap pada bagian atas batuan ini mengandung sejumlah besar fraksi dari silika yang terbentuk dari kerangka mikrofosil, sehingga dimana lapisan pada bagian ini lebih tahan terhadap cuaca (Bonewitz, 2005).
Kaitan antara teori yang ada dengan deskripsi laboratorium adalah jenis yang dimiliki batugamping kristalin adalah jenis batuan sedimen karbonat klastik karena terbentuk dari pecahan batuan asal dan apabila ditetesi oleh HCl menimbulkan buih. Warna yang biasa dimiliki batugamping kristalin biasanya adalah putih. Sama seperti warna batuan yang diamati di laboratorium warnanya putih kecoklatan. Struktur yang dimiliki batugamping kristalin adalah cone in cone. Tekstur yang dimiliki oleh batugamping kristalin adalah kristalin kasar. Komposisi yang dimiliki batugamping kristalin adalah karbonat.
Kaitan antara teori yang ada dengan petrogenesa adalah batugamping kristalin memiliki jenis sedimen karbonat non-klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk berasal aktifitas organisme. Batugamping kristalin mempunyai tekstur kristalin kasar karena ukuran butirnya lebih dari 2 mm. Batugamping kristalin mempunyai struktur cone in cone karena strukturnya menyerupai kerucut. Warna yang dimiliki batugamping kristalin berwarna putih karena terdapat mineral kalsit. Komposisi mineral yang dimiliki oleh batugamping kristalin adalah karbonat, karena mengandung kalsit yang bersifat karbonat bila ditetesi HCl berbuih (Bonweitz, 2005).
Batugamping kristalin dapat digunakan untuk bahan baku terutama dalam pembuatan semen abu biasanya digunakan sebagai perekat untuk memplester, industri keramik, obat-obatan, dan lain-lain. Persebaran batugamping kristalin terdapat Kupang, Belu, Alor, Lembatan, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Sumba Barat, dan Sumba Timur. Lokasi yang menghasilkan batugamping terbanyak adalah di Kabupaten Manggarai (Sutanto, 2012).
2.2 Batugamping Fosil
Batugamping fosil merupakan jenis batuan sedimen karbonat non-klastik, karena terbentuk dari aktifitas organisme dan adanya senyawa kimia dalam batuan dan apabila ditetesi HCl menimbulkan buih. Batugamping fosil mempunyai warna coklat kekuningan. Struktur yang dimiliki oleh batugamping fosil adalah fossilliferous. Tekstur yang dimiliki oleh batugamping fosil adalah tekstur amorf. Komposisi mineral batugamping fosil adalah karbonat, karena ditetesi HCl 0,1 M menimbulkan berbuih.
Petrogenesa batugamping fosil kebanyakan terbentuk dalam perairan laut hangat, tenang dan dangkal. Jenis lingkungan adalah tempat organisme membentuk cangkang karbonat kalsium dan tengkorak dapat dengan mudah mengekstrak bahan dibutuhkan dari air laut. Ketika hewan-hewan ini mati cangkang batuan tersebut dan puing-puing rangka menumpuk sebagai sedimen yang terlitifikasi ke dalam batugamping. Produk-produk limbah batuan tersebut juga dapat berkontribusi dengan massa sedimen. Batugamping fosil terbentuk dari jenis sedimen adalah batuan sedimen biologis. Asal biologis batuan tersebut sering mengungkapkan di batu oleh adanya fosil (Raymond, 1995).
Kaitan antara teori yang ada dengan deskripsi laboratorium adalah jenis yang dimiliki batugamping fosil adalah jenis batuan sedimen karbonat non-klastik karena terbentuk dari aktifitas organismee dan adanya senyawa kimia di dalam batuan dan apabila ditetesi oleh HCl menimbulkan buih. Warna yang biasa dimiliki batugamping fosil biasanya adalah putih, coklat, coklat kekuningan. Sama seperti warna batuan yang diamati di laboratorium warnanya coklat kekuningan. Struktur yang dimiliki batugamping fosil adalah fossilliferous. Tesktur yang dimiliki oleh batugamping fosil adalah tekstur amorf. Komposisi yang dimiliki batugamping fosil adalah karbonat.
Kaitan antara teori yang ada dengan petrogenesa adalah batugamping fosil memiliki jenis sedimen karbonat non-klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk karena adanya aktifitas organisme cangkang, kerang. Batugamping fosil mempunyai tekstur amorf karena terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal. Batugamping fosil mempunyai struktur fossilliferous karena struktur yang ditunjukkan oleh adanya fosil. Komposisi mineral yang dimiliki oleh batugamping fosil adalah karbonat, karena mengandung kalsit yang bersifat karbonat bila ditetesi HCl berbuih.
Kegunaan dari batugamping fosil banyak sekali. Batugamping fosil ini biasa digunakan sebagai penetralisir air asam tambang karena memiliki sifat yang basa dan juga batugamping merupakan salah satu reservoir atau yang diketahui sebagai tempat terakumulasinya minyak dan gas. Persebaran batuan tipe gamping banyak sekali terdapat di Indonesia dan meliputi berbagai macam pulau di Indonesia hanya saja paling dominan banyak ditemukan di pulau Jawa. Di pulau jawa terdapat di Jawa Tengah, Karangsambung, Kebumen (Sutanto, 2012).
2.3 Fosil Kayu
Fosil kayu merupakan jenis batuan sedimen non-klastik, karena terbentuk dari aktifitas organisme dan adanya senyawa kimia dalam batuan. Fosil kayu mempunyai warna coklat tua. Struktur yang dimiliki oleh fosil kayu adalah fossilliferous. Tekstur yang dimiliki oleh fosil kayu adalah tekstur amorf. Komposisi mineral fosil kayu adalah silika, karena ditetesi HCl 0,1 M tidak berbuih.
Petrogenesa fosil kayu adalah kayu yang membatu dimana semua bahan organiknya telah digantikan oleh mineral biasanya sejenis silika, seperti kuarsa, dengan struktur kayu tetap terjaga. Proses fosil terjadi di bawah tanah, ketika kayu terkubur di bawah lapisan sedimen. Air yang banyak mengandung mineral masuk ke dalam sel-sel tanaman dan sementara lignin dan selulosa membusuk, mereka digantikan oleh batu (Sutanto, 2012).
Kaitan antara teori yang ada dengan deskripsi laboratorium adalah jenis yang dimiliki fosil kayu adalah jenis batuan sedimen non-klastik karena terbentuk dari aktifitas organisme dan adanya senyawa kimia di dalam batuan. Warna yang biasa dimiliki fosil kayu biasanya adalah coklat, coklat tua, coklat kekuningan. Sama seperti warna batuan yang diamati di laboratorium warnanya coklat tua. Struktur yang dimiliki fosil kayu adalah fossilliferous. Tekstur yang dimiliki oleh fosil kayu adalah tekstur amorf. Komposisi yang dimiliki fosil kayu adalah silika.
Kaitan antara teori yang ada dengan petrogenesa adalah fosil kayu memiliki jenis sedimen non-klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk karena adanya aktifitas organisme. Fosil kayu mempunyai tekstur amorf karena terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal. Fosil kayu mempunyai struktur fossilliferous karena struktur yang ditunjukkan oleh adanya fosil. Komposisi mineral yang dimiliki oleh batugamping fosil adalah silika, karena fosil kayu adalah kayu yang membatu dimana semua bahan organiknya telah digantikan oleh mineral biasanya sejenis silika.
Kegunaan fosil kayu adalah sebagai indikasi adanya batubara. Sejak lebih dari 3 dekade yang lalu, fosil kayu telah digali dan sampai saat hanya dimanfaatkan sebagai komoditi yang diperjualbelikan baik dalam negeri maupun ke luar negeri. Sampai saat ini fosil kayu di Indonesia masih dimanfaatkan sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi. Berdasarkan informasi dari penjual fosil kayu di Leuwiliang, Bogor ketersediaan bahan baku fosil kayu sudah semakin berkurang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan punahnya fosil kayu. Dan persebaran fosil kayu di Sukaraja, Sukabumi. Fosil kayu telah ditemukan di banyak tempat di Indonesia yaitu di Jawa Barat (Ciampea, Jasinga, Leuwiliang, Banten, Sukabumi, dan Tasikmalaya), Jawa Tengah (Banjarnegara dan daerah perbatasan antara Sragen dan Karanganyar), Jawa Timur (Pacitan), Kalimantan, Jambi, dan Flores, Berau, Kalimantan Timur. Selain itu, diperoleh juga informasi ditemukannya fosil kayu yang dianggap sebagai cultural keystone species di rumah adat Kampung Laitarung, Sumba Tengah (Sutanto, 2012).
2.4 Batubara
Batubara merupakan jenis batuan sedimen non-klastik, karena terbentuk dari aktifitas organisme dan adanya senyawa kimia dalam batuan. Batubara mempunyai warna hitam. Struktur yang dimiliki oleh batubara adalah bioherm. Tekstur yang dimiliki oleh batubara adalah tekstur amorf. Komposisi mineral batubara adalah karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara ditetesi HCl 0,1 M tidak menimbulkan buih.
Petrogenesa batubara adalah Batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses pembusukan, pemampatan dan proses perubahan sebagai akibat bermacam-macam pengaruh kimia dan fisika. Proses pembentukan dari sisa-sisa tumbuhan menjadi gambut kemudian menjadi batubara muda sampai batubara tua. Biasa disebut batubara keras. Sifat dari antarsit ini ditentukan oleh susunan keteraturan molekul dan derajat kilap. Antrasit memiliki nilai kalori tinggi antara 7200-7780 kal/gram dengan nyala biru pucat dan bebas asap (Sutanto, 2012).
Kaitan antara teori yang ada dengan deskripsi laboratorium adalah jenis yang dimiliki batubara adalah jenis batuan sedimen non-klastik karena terbentuk dari aktifitas organisme dan adanya senyawa kimia di dalam batuan. Warna yang biasa dimiliki batubara biasanya adalah hitam. Sama seperti warna batuan yang diamati di laboratorium warnanya hitam. Struktur yang dimiliki batubara adalah bioherm. Tekstur yang dimiliki oleh batubara adalah tekstur amorf. Komposisi mineral yang dimiliki batubara adalah karbon, hidrogen dan oksigen.
Kaitan antara teori yang ada dengan petrogenesa adalah batubara memiliki jenis sedimen non-klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk karena adanya aktifitas organisme. Batubara mempunyai tekstur amorf karena terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal. Batubara mempunyai struktur bioherm karena struktur tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu. Warna batubara berwarna hitam karena mengandung karbon. Komposisi mineral yang dimiliki oleh batubara adalah karbon karena batubara terbentuk dari kayu yang merupakan bahan organik.
Kegunaan dan persebaran batubara memiliki berbagai penggunaan yang penting di seluruh dunia. Penggunan yang paling penting adalah untuk : bahan bakar pembangkit listrik, produksi besi dan baja, bahan bakar pembuatan semen, bahan bakar cair. Penggunaan batubara yang penting lainnya mencakup pusat pengolahan alumina, pabrik kertas, dan industri kimia serta farmasi. Beberapa produk kimia dapat diproduksi dari hasil-hasil sampingan batubara. Batubara yang dimurnikan digunakan dalam pembuatan bahan kimia seperti minyak kreosot, naftalen, fenol dan benzene. Gas amoniak yang diambil dari tungku kokas digunakan untuk membuat garam amoniak, asam nitrat dan pupuk tanaman. Ribuan produk yang berbeda memiliki komponen batubara atau hasil sampingan batubara : sabun, aspirin, zat pelarut, pewarna, plastik dan fiber, seperti rayon dan nylon. Batubara juga merupakan suatu bahan yang penting dalam pembuatan produk-produk tertentu: Karbon teraktivasi digunakan pada saringan air dan pembersih udara serta mesin pencuci darah. Serat karbon sebagai bahan pengeras yang sangat kuat namun ringan yang digunakan pada konstruksi, sepeda gunung dan raket tenis. Metal silicon digunakan untuk memproduksi silikon dan silan, yang pada gilirannya digunakan untuk membuat pelumas, bahan kedap air, resin, kosmetik, shampo dan pasta gigi. Di pulau Sumatra daerah persebaran batubara terdapat di jambi, Sumatra selatan, Sumatra barat. Persebaran batubara di pulau Kalimantan banyak terdapat di Kalimantan timur, Kalimantan selatan, dan Kalimantan tengah (Sutanto, 2012).
2.5 Batugamping Koral
Batugamping koral merupakan jenis batuan sedimen karbonat non-klastik, karena terbentuk dari aktifitas organisme dan adanya senyawa kimia dalam batuan dan apabila ditetesi HCl menimbulkan buih. Batugamping koral mempunyai warna putih. Struktur yang dimiliki oleh batugamping koral adalah fossilliferous. Tekstur yang dimiliki oleh batugamping koral adalah tekstur amorf. Komposisi mineral batugamping koral adalah karbonat, karena ditetesi HCl 0,1 M menimbulkan berbuih.
Petrogenesa batugamping koral pada umumnya terbentuk dari adanya sisa-sisa organisme laut yaitu berupa terumbu karang yang mati dan kemudian mengalami pengendapan dan terlithifikasikan menjadi sebuah batuan. Batugamping koral terbentuk dari proses terakumulasinya plankton, moluska dan algae yang kemudian membentuk terumbu. Batugamping koral memiliki komposisi mineral berupa kalsit yang terbentuk karena adanya aktifitas dari koral dan terumbu pada perairan yang hangat dan dangkal (Raymond, 1995).
Kaitan antara teori yang ada dengan deskripsi laboratorium adalah jenis yang dimiliki batugamping koral adalah jenis batuan sedimen karbonat non-klastik karena terbentuk dari aktifitas organisme dan adanya senyawa kimia di dalam batuan dan apabila ditetesi oleh HCl 0,1 M menimbulkan buih. Warna yang biasa dimiliki batugamping koral biasanya adalah putih, putih kekuningan. Sama seperti warna batuan yang diamati di laboratorium warnanya putih. Struktur yang dimiliki batugamping koral adalah fossilliferous. Tekstur yang dimiliki oleh batugamping koral adalah tekstur amorf. Komposisi yang dimiliki batugamping koral adalah karbonat.
Kaitan antara teori yang ada dengan petrogenesa adalah batugamping koral memiliki jenis sedimen karbonat non-klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk karena adanya aktifitas organisme. Batugamping koral mempunyai tekstur amorf karena terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal. Batugamping fosil mempunyai struktur bioherm karena struktur tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu. Komposisi mineral yang dimiliki oleh batugamping fosil adalah karbonat, karena mengandung kalsit yang bersifat karbonat bila ditetesi HCl berbuih (Raymond, 1995).
Kegunaan dan persebaran batugamping koral adalah sebagai bahan bahan pembuatan semen karena kandungan Ca yang tinggi, sebagai bahan campuran pembuatan plastik, campuran pembuatan kosmetik, campuran pelapisan gigi di dunia kedokteran gigi, kerajinan tangan, pernak-pernik, perhiasan, bahan bangunan, bahan untuk membuat gelas, pertanian, industri gula, dan kapur migas (Suharwanto, 2014). Untuk di lingkungan batugamping koral digunakan sebagai penetralisir yang biasa digunakan dalam menetralisirkan air asam tambang juga batugamping adalah merupakan reservoir adanya minyak dan gas. Selain itu juga dapat digunakan sebagai penentu kadar Ca sifat tanah tersebut. Keterdapatan batugamping koral bisa ditemukan di seluruh Indonesia terutama Pulau Sumatra Selatan, Jawa Tengah, dan Karangsambung (Sutanto, 2012).
Komentar
Posting Komentar